Kamis, 05 Mei 2011

Perkembangan kalkun saya yang sakit

Tumben, tadi pagi hujan. biasanya hujannya siang, sore atau malam hari. Alhasil, kegiatan jadi nggak kayak biasa, semuanya agak molor. Termasuk kasih makan ayam, entok, dan kalkun.

Meskipun nggak kayak biasa, ada hal yang menyenangkan hari ini. Kalkun yang sakit dah mau makan sendiri, nggak perlu disuapin.

O ya, di postingan sebelumnya, saya kasih kalkun saya daun putri malu. Ternyata, tanaman putri malu itu ada 2 jenis. Yang pertama, tumbuh merambat, dan yang kedua tumbuh tegak. Yang kemaren itu, saya kasihnya yang merambat, padahal yang bisa digunakan untuk melindungi hati itu jenis yang tumbuh tegak.

Sekali lagi, keberuntungan lagi berpihak padaku. Saat menunggu anak saya pulang PAUD, saya iseng jalan-jalan di sekitar PAUD anak saya. Eh, ternyata di sebuah tanah kosong, aku menemukan tanaman putri malu yang tumbuh tegak. Langsung aja saya ambil.

Selain daun putri malu, saya juga memberikan daun sambiloto, daun pepaya, daun mengkudu, daun kunyit, daun murbei, dan daun jambu biji untuk kalkun saya yang sakit. Daun sambiloto, daun putri malu, dan daun kunyit untuk melindungi hati. Daun jambu biji untuk anti diare. Daun yang lain juga ada manfaatnya, cuman agak lupa.

Alhamdulillah, tadi hari ini kalkun saya sudah mau makan sendiri dan kotorannya sudah tidak encer lagi, meskipun masih ada warna kuningnya. Jadi, saya hanya menyuapi daun-daun untuk pengobatannya.

Minggu, 01 Mei 2011

Penyakit Kalkun: Blackhead/Histomoniasis


Blackhead/Histomoniasis? Mungkin banyak yang tidak tahu tentang penyakit ini. Saya sendiri baru mendengar penyakit ini setelah saya mulai beternak kalkun, tapi penyakitnya seperti apa ya nggak tahu. Saya pikir malah penyakit ini nggak ada di Indonesia karena kalkun bukan unggas asli Indonesia. Ternyata saya salah.

Saat ini salah satu kalkun saya ada yang terserang penyakit ini. Sebelumnya satu kalkun saya mati karena penyakit ini. Namun, pada waktu itu saya tidak mengerti kalkun saya sakit apa. Karena saya khawatir kalkun saya mati lagi, akhirnya saya mencoba mencari info mengenai penyakit ini di internet.

Gejala yang dialami kalkun saya adalah nafsu makan turun, badan jadi kurus, dan yang paling mudah diamati adalah kotorannya berwarna kuning. Kalo kotoran warna hijau, merah atau putih, mungkin yang beternak ayam sudah tahu.

Dari gejala yang ada, saya dapat informasi kalo kalkun saya terserang blackhead/histomoniasis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa Histomonas meleagridis, menyerang hati, itu sebabnya kotorannya menjadi kuning. Penyakit ini termasuk penyakit mematikan bagi kalkun bila penanganannya terlambat. Biasanya penyakit ini menyerang kalkun yang masih muda. Ayam lebih tahan terhadap penyakit ini, namun bisa menjadi pembawa penyakit ini (carrier).

Gejala dari penyakit ini, seperti yang telah disebutkan di atas:
- nafsu makan turun
- kotoran berwarna kuning
- lesu, terlihat ngantuk
- kepala berwarna kebiruan
Untuk pengobatannya, dari internet, menggunakan Emtryl, mengandung dimetridazole. Saya tidak tahu apa obat ini ada di Indonesia.

Perlakuan yang saya berikan saat ini hanyalah memaksa kalkun saya makan, dengan cara menyuapinya setiap hari. Saya sedang mencoba menggunakan daun putri malu untuk pengobatannya, karena putri malu mudah didapat dan dapat digunakan untuk melindungi hati (majalah Trubus 491, Oktober 2010). Hari ini merupakan hari ketiga saya menyuapi kalkun saya dan hari pertama untuk pemberian daun putri malu.
Sampai saat ini kalkun saya umbar di halaman.

Pencegahan penyakit ini, yang utama adalah menjaga kebersihan kandang dan mengkarantina kalkun yang sakit.

Senin, 25 April 2011

Blender 2.57a Dirilis!


Hanya 9 hari setelah Blender 2.57 dirilis ke publik, blender.org kembali merilis Blender 2.57a (22 April 2011). Rilis ini merupakan update terhadap versi 2.57 dengan hampir 100 perbaikan pada kode.

27 April 2011, Blender 2.57b dirilis.
Blender 2.57b bisa diunduh disini.

Rabu, 20 April 2011

Bikin Papercraft yuk...


Baru sekitar dua bulanan ini, saya tertarik bikin papercraft. Ternyata membuat papercraft itu mengasyikkan, melatih kesabaran. Tujuan lainnya, saya mencoba membuat mainan untuk anak saya sendiri. Itu sebabnya, papercraft yang saya buat saat ini berupa mobil, kereta api, bis, dan lainnya.

Agar hasil papercraft yang kita buat bisa bagus dan rapi, ternyata ada teknik-tekniknya juga lho, seperti teknik melipat kertas, ada juga teknik mengelem dan sebagainya. Bahan-bahan dan alat bantu yang dipakai pun banyak macamnya. Kertas yang digunakan minimal 100g, makin tebal makin baik. Untuk alat, ada cutter, gunting, lem, penggaris, alas untuk memotong, pulpen yang sudah habis, dan sebagainya.

Saya sendiri menggunakan kertas 70g, trus dilapisi sama karton bungkus susu dan sejenisnya, biar irit dan awet :) Terbukti, tanpa dilapisi karton, papercraft bis saya sudah penyot sana-sini dimainin anak saya. Gpp Nak...

Saat ini, sumber-sumber untuk mendapatkan pola papercraft sudah banyak, mulai dari yang sederhana sampai yang njlimet. Pada umumnya bisa diunduh gratis.
Bahkan di Indonesia sendiri sudah ada komunitas papercraft, namanya Komunitas Paper Replika Indonesia (PeRI).

Ini dia sebagian papercraft yang sudah saya buat.


Senin, 18 April 2011

Blender Foundation merilis Blender 2.57


 

Blender Foundation dan komunitas pengembang online merilis versi terbaru Blender pada 13 April 2011, yaitu Blender 2.57. Rilis ini dinamankan versi “Stabil” bukan hanya karena fitur-fiturnya yang lengkap, tapi terutama karena 1000 lebih perbaikan dan peningkatan fitur sejak versi 2.5 beta.

Bagi penggemar Blender tentu ini merupakan kabar gembira.

Seperti biasa, Blender 2.57 ini bisa diunduh untuk berbagai platform: Windows, Linux, MacOS X dan FreeBSD.
Blender 2.57 bisa diunduh disini.

Sumber gambar: www.blender.org

Jumat, 18 Maret 2011

Mahasiswi UGM Temukan Vaksin Flu Burung Organik dari Mahkota Dewa


Artina Prastiwi (22) mahasiswi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM)Yogyakarta berhasil menemukan vaksin penghambat virus H5N1 (flu burung). Vaksin itu bukan berasal dari bahan kimia, tapi organik atau herbal dari ekstrak buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa).
“Ekstrak buah Mahkota Dewa itu mengandung senyawa saponin yang berfungsi untuk menghambat perkembangan virus flu burung,” ungkap Artina kepada wartawan di kampus UGM di Bulaksumur, Kamis (3/3/2011).
Menurut dia, ekstrak buah Mahkota Dewa mengandung senyawa saponin yang berfungsi untuk menghambat perkembangan virus flu burung. Senyawa itu dalam dosis yang tepat bisa menghambat virus mencapai 87 persen. Melalui beberapa kali penelitian, akhirnya ditemukan dosis yang tepat untuk menghambat virus tersebut secara efektif dalam diri unggas.
“Dari hasil penelitian saya, dosis yang tepat adalah 10 persen,” katanya.
Dia mengatakan kadar saponin yang dibutuhkan untuk menghambat perkembangan virus tersebut adalah 10 miugram/mililiter (ml). Vaksin yang digunakan untuk disuntikkan ke unggas sendiri hanya 0,2 ml. Pada penelitian pertama menggunakan telur ayam berembrio yang telah diberikan virus flu burung. Telur tersebut kemudian disuntik beberapa dosis ekstrak mahkota dewa.
Telur tersebut kemudian diinkubasi selama 35 hari, hasilnya embrio tidak mati, sehat dan tanpa bekas luka. Namun ketika konsentrasi dosis saponin di tingkatkan menjadi 15 hingga 20 persen semua embrio di telur  tersebut mati.
“Terjadi perdarahan di seluruh tubuh, terjadi kekerdilan dan cairan alantois keruh. Ini membuktikan kadar saponin yang digunakan harus tepat karena kalau kelebihan mengakibatkan keracunan. Bila kurang juga tidak mampu menghambat laju virus,” tandasnya.
Setelah melalui uji beberapa kali, Artina kemudian menguji pada unggas secara langsung dengan kadar 0,2 ml dalam satu dosis untuk unggas usia di bawah 21 hari dan ditambah menjadi 0,5 ml untuk unggas di atas usia 21 hari.
Menurutnya Untuk mendapatkan buah mahkota dewa juga sangat mudah karena banyak ditemukan di wilayah DIY dan Jawa Tengah. Untuk menghasilkan vaksin flu burung dalam satu dosis tersebut (0,2 ml) dibutuhkan kulit buah Mahkota Dewa sebanyak 3 gram untuk kemudian diekstrak menjadi vaksin.
“Ekstrak itu masih harus dicampur dengan pelarut agar bisa cepat terserap dalam tubuh unggas,” katanya.
Saat ini hasil penelitian Artina sudah didaftarkan untuk memperoleh hak atas kekayaan intelektual (HAKI). Berkat penemuannya ini mahasiswi angkatan 2007 ini berhasil meraih dua predikat sekaligus dana lomba penelitian yang dilakukan Masyarakat Ilmuwan dan Tehnologi Indonesia (MIPI) di Bogor, akhir Januari 2011 lalu. Dua predikat tersebut adalah juara satu lomba penelitian dan karya penelitian terbaik yang diselenggarakan MIPI.
Dia mengharapkan vaksin flu burung organik bisa diproduksi secara massal. Sebab, vaksin yang beredar saat ini selain mengandung bahan kimia yang juga memberikan efek samping negatif pada unggas harganya cukup mahal. Untuk 100 dosis vaksin flu burung yang beredar saat ini harganya bisa mencapai Rp 200 ribu. Tetapi untuk vaksin herbal ini bisa dijual dengan harga Rp 75 ribu untuk setiap 100 dosisnya.
“Saya masih akan terus mengembangkan penelitian ini. Hasil penelitian ini akan kami paparkan juga dalam pertemuan ilmiah di Thailand dan Jepang,” pungkas Artina.

Kamis, 17 Maret 2011

Beternak kalkun yuk...




Entah latah ato merasa tertantang, saya nyoba beternak kalkun. Akhir Desember 2010, saya beli 3 ekor kalkun umur 1 bulan. Kata penjualnya, jenis kelamin kalkunnya belum ketahuan jantan ato betinanya.

Selain bertanya ke penjualnya tentang cara pemeliharaannya, saya juga berselancar di dunia maya. Kalo menurut referensi dari situs tentang beternak kalkun, ternyata kalkun itu bukan hewan yang pintar. Maksudnya, kalkun itu waktu masih kecil ga tahu mana yang makanan mana yang bukan, meskipun kita dah kasih makanan dalam wadah. Jadi, waktu baru beli sempat ketar-ketir soalnya kalkunnya ga makan-makan. Alhasil, daripada mati, kalkun-kalkunnya saya suapin deh...


Sekarang kalkun saya dah hampir berumur 3,5 bulan. Kalo soal makan dah ga masalah, dah ngerti mana tempat makannya. Kadang-kadang kalkunnya saya umbar. Tapi hati-hati kalo ngumbar kalkun, jangan deket-deket ayam. Soalnya kalkun lebih rentan dari ayam, jadi penyakit dari ayam bisa menular ke kalkun.

Setelah membaca tulisan saya di atas, mungkin ada yang berpikir beternak kalkun itu susah. Sebetulnya tidak juga, yang penting pada saat kita memutuskan untuk beternak kalkun, kita dah siap dengan pengetahuan cara beternak kalkun dan mau melakukannya. Pertanyaan selanjutnya, gimana prospeknya? Kalo menurut saya, prospeknya masih bagus, karena belum banyak yang beternak kalkun untuk saat ini. Meskipun saya sendiri belum pernah menjual kalkun saya, tapi kalo saya perhatikan, yang banyak dicari itu anakan kalkun umur 1 bulan ato indukannya.

Semoga tulisan saya bermanfaat. Semoga sukses beternak kalkun.


Kabar terakhir, kalkun saya sekarang tinggal 2 ekor, yang satu mati karena sakit.